Dalam laporan terbaru yang dikutip dari majalah Forbes dan dianalisis oleh agensi data Eskimoz asal Inggris, ditemukan ada 10 pekerjaan yang memiliki skor resistensi AI paling tinggi. Artinya, pekerjaan-pekerjaan ini dianggap paling sulit untuk digantikan oleh kecerdasan buatan. Yuk, kita bahas satu per satu dengan penjelasan lebih dalam.
1. Pengacara
Profesi sebagai pengacara menempati peringkat pertama sebagai pekerjaan yang paling tidak bisa digantikan oleh AI. Ini karena peran seorang pengacara menuntut pemahaman hukum secara mendalam, interpretasi kontekstual atas pasal-pasal, serta kemampuan negosiasi dan strategi yang sangat bergantung pada intuisi manusia. Dalam laporan tersebut, pengacara mendapat skor resistensi AI sebesar 100, yang artinya hampir mustahil untuk tergantikan dalam waktu dekat.
Selain itu, proses hukum sangat dinamis dan kerap kali melibatkan emosi klien, sudut pandang moral, hingga pertimbangan sosial yang sangat kompleks. AI mungkin bisa membantu dalam riset dokumen hukum atau analisis yurisprudensi, tapi dalam hal berdiri di pengadilan, berdebat, hingga membuat pertimbangan hukum yang seimbang, manusia masih menjadi kunci utama.
2. Manajer Layanan Medis dan Kesehatan
Pekerjaan di sektor kesehatan memang sedang mengalami digitalisasi besar-besaran, terutama dengan hadirnya teknologi seperti AI untuk diagnosis dan pengolahan data medis. Namun, untuk posisi manajer layanan medis dan kesehatan, AI belum mampu menggantikan kemampuan manusia dalam memahami pasien secara emosional dan membuat keputusan menyeluruh yang mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan. Profesi ini memperoleh skor resistensi AI sebesar 93.
Manajer di bidang ini tidak hanya berurusan dengan angka atau laporan, tapi juga koordinasi tim medis, menghadapi keluarga pasien, dan menangani situasi darurat yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan logika teknis. Di sinilah sentuhan manusia dan kepekaan sosial menjadi komponen vital yang tak bisa diotomatisasi.
3. Manajer Sumber Daya Manusia (HRD)
Di era otomatisasi, peran HR sering disalahartikan hanya sebagai pengelola administrasi karyawan. Padahal, manajer SDM justru menjadi ujung tombak dalam membentuk budaya perusahaan, menyelesaikan konflik, dan memberikan sentuhan personal pada proses rekrutmen dan pengembangan karyawan. Tak heran jika profesi ini diberi skor resistensi AI sebesar 87.
Empati, intuisi sosial, dan pemahaman terhadap karakter individu menjadi kekuatan utama seorang HR yang belum bisa didekati AI. Mesin bisa membantu menilai CV, tapi tak akan bisa membaca bahasa tubuh, memahami trauma kerja seseorang, atau memediasi konflik secara emosional. Itulah mengapa profesi ini tetap jadi salah satu yang paling aman dari otomatisasi.
4. Manajer Umum dan Operasional
Seorang manajer operasional bertugas mengelola tim lintas departemen, memecahkan masalah harian, serta mengambil keputusan strategis berdasarkan dinamika yang terus berubah. Pekerjaan ini sangat kompleks dan membutuhkan improvisasi tingkat tinggi. Menurut analisis Eskimoz, posisi ini memiliki skor resistensi AI sebesar 75.
Dalam praktiknya, manajer operasional harus mampu membaca suasana, mengatur jadwal, menjembatani konflik antar tim, dan menangani situasi krisis. AI mungkin bisa mengelola logistik atau data performa, tapi mengambil keputusan yang berdampak pada moral tim atau mengantisipasi faktor non-teknis—itu tetap menjadi ranah manusia.
5. Supervisor Lini Depan Pekerja Administratif
Mereka yang berada di garis depan administrasi sering kali menjadi penghubung pertama antara organisasi dan masyarakat. Pekerjaan ini tidak sekadar mengatur dokumen, tapi juga menuntut kecepatan berpikir, komunikasi interpersonal yang baik, dan pengambilan keputusan saat menghadapi situasi tak terduga. Tak heran jika profesi ini mendapat skor resistensi AI sebesar 64.
Dengan kebutuhan interaksi manusia sebesar 81,6%, supervisor administrasi membutuhkan kepekaan dalam mengatur ritme kerja tim, merespons keluhan pelanggan, dan memastikan pelayanan tetap berjalan baik meskipun ada kendala teknis. AI mungkin bisa menggantikan rutinitas, tapi belum bisa menangani tekanan sosial dan emosional secara langsung.
6. Spesialis Pelatihan dan Pengembangan
Proses pelatihan dan pengembangan karyawan bukan hanya soal modul dan video e-learning. Dibutuhkan pemahaman akan gaya belajar, kelemahan, dan potensi unik setiap individu—hal yang hanya bisa dilakukan oleh manusia. Karena itu, profesi ini memiliki skor resistensi AI sebesar 61.
Pelatih atau coach karyawan harus mampu membangun relasi, memotivasi, dan merespons perubahan suasana psikologis dalam proses pelatihan. AI bisa memberi data kemajuan, tapi tidak bisa memicu semangat atau memberikan dorongan personal yang menggugah seperti halnya manusia.
7. Manajer Arsitektur dan Teknik
Manajer dalam bidang teknik dan arsitektur memang didukung oleh banyak software canggih. Namun, peran mereka tetap sangat manusiawi dalam hal komunikasi dengan klien, supervisi proyek lapangan, dan pengambilan keputusan yang mempertimbangkan berbagai kemungkinan. Profesi ini mendapat skor resistensi AI sebesar 55.
Mereka juga sering menjadi jembatan antara tim teknis dan pemilik proyek yang sering kali tidak paham istilah teknis. Jadi, kemampuan menjelaskan, membujuk, dan menyesuaikan ekspektasi tetap jadi modal penting yang belum bisa dikuasai oleh teknologi otomatisasi.
8. Petugas Kepatuhan
Tugas utama petugas kepatuhan adalah memastikan bahwa seluruh aktivitas perusahaan sesuai dengan hukum dan regulasi. Ini bukan sekadar soal checklist atau aturan tertulis. Profesi ini membutuhkan pemahaman atas situasi sosial, budaya perusahaan, dan kebijakan negara yang terus berubah. Karena itu, skor resistensi AI-nya juga cukup tinggi, yakni 55.
AI bisa membantu dalam monitoring atau deteksi kesalahan prosedural, tetapi penilaian moral, kebijakan yang ambigu, serta negosiasi dengan regulator tetap memerlukan kecerdasan sosial dan intuisi manusia.
9. Manajer Produksi Industri
Walau dunia industri sudah didominasi mesin dan robot, tetap ada peran manusia yang tak bisa digantikan, terutama dalam pengambilan keputusan di lapangan. Manajer produksi industri masih dibutuhkan untuk menangani kendala teknis yang melibatkan tim dan memastikan efisiensi operasional. Profesi ini memiliki skor resistensi AI sebesar 48.
Interaksi manusia tetap mencapai 51%, khususnya dalam mengelola karyawan, memecahkan masalah antar shift, dan melakukan evaluasi berbasis pengamatan langsung. AI bisa bantu prediksi produksi, tapi pemimpin tim tetap harus manusia.
10. Desainer Grafis
Di urutan terakhir, desainer grafis ternyata masuk dalam daftar pekerjaan yang masih aman, meskipun dengan tingkat risiko yang cukup besar. Mereka masih dibutuhkan untuk menciptakan karya visual yang sesuai dengan brand voice dan keinginan klien secara personal. Profesi ini mencatat skor resistensi AI sebesar 48, tertinggi dalam potensi tergantikan dari daftar ini.
Meski AI kini bisa menghasilkan gambar dalam hitungan detik, tetap dibutuhkan sentuhan manusia untuk menyesuaikan desain dengan konteks budaya, selera pasar, hingga hubungan emosional antara brand dan audiens. Dalam hal kreativitas dan fleksibilitas komunikasi visual, manusia masih lebih unggul.
Meski AI makin canggih, nyatanya masih banyak profesi yang tetap aman dan tak tergantikan. Kuncinya ada pada kemampuan manusia untuk berempati, membaca situasi, membuat keputusan kontekstual, dan membangun relasi antarmanusia. Kalau kamu ingin tetap relevan di era otomatisasi, pertajam sisi manusiamu—bukan hanya skill teknis.
Nah, dari sepuluh pekerjaan itu, apakah ada yang jadi karier impianmu?